inipoker

header ads

Anak Polos Temanku Kuperkosa Bernama Adelia

Sedapmalam69 - Anak Polos Temanku Kuperkosa Bernama Adelia Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru dan Terpanas 2020. 

Aku ingat Adelia waktu dia masih kecil, Dia anak temanku yang paling kecil, Adelia benar-benar membuat hatiku tidak karuan, dengan rambut sebahu, hitam legam ikal. Umurnya sekitar 15 atau 16 tahun sekarang, dan wajahnya yang baby face membuatnya seperti tak berdosa. Ketika melihat Adelia untuk yang kesekian kalinya, aku bersumpah kalau aku harus berhasil tidur bersamanya sebelum aku pergi dari kota ini. Dan aku sudah menjalankan rencanaku. Aku main ke rumah Adelia bekali-kali, sepanjang siang dan malam sampai aku telepon untuk mengetahui kapan Adelia ada sendirian dan kapan orang tuanya ada. Dan pada waktu malam aku memutuskan untuk masuk ke rumah Adelia aku sudah memastikan bahwa orang tua Adelia sudah tidur dan Adelia ada di kamar tidurnya. Rencanaku akan kuperkosa Adelia sementara orang tuanya tidur di kamar mereka.

Tubuhku kaku karena tegang, waktu aku buka jendela belakang rumahnya pakai linggis. Suara jendela yang terdongkel terdengar seperti letusan membuatku harus diam tidak bergerak selama setengah jam menunggu apakah ada penghuni rumah yang terbangun. Untung saja semuanya masih dalam keadaan sunyi senyap, dan aku memutuskan untuk masuk. Tubuhku sekarang gemetar. Setiap langkahku seperti membuat seluruh rumah berderit dan aku siap meloncat melarikan diri. Tapi waktu aku sampai di depan kamar tidur Adelia rumah itu masih gelap dan sunyi senyap. Aku buka pintu dan masuk sambil menutupnya kembali. Aku seperti bisa mendengar jantungku yang berdetak keras sekali. Aku belum pernah setakut ini seumur hidupku. Tapi bagian yang paling susah sudah berhasil aku lampaui. Kamar tidur orang tua Adelia ada di lantai dasar. Aku berdiri di samping ranjang Adelia memilih langkah selanjutnya. Perlahan penisku mulai menegang sampai akhirnya besar dan tegang sampai ngilu. Mata Dhea terbuka menatapku tidak bisa bernafas. Aku ada di sebelah ranjangnya mencekik lehernya, sementara tangan kiriku mengcungkan belati di depan wajahnya.

Diem. Jangan bergerak, jangan bersuara, atau lo mati.” aku dengar nada suaraku yang lain sekali dari biasa. Kedengarannya bengis dan kejam.

Adelia tetap terlihat cantik. Umurnya lima belas tahun. Dia terbatuk-batuk.

“Kalau aku lepasin tanganku, lo berguling tengkurap dan jangan berisik atau aku potong leher lo.” Aku tentu tidak bermaksud akan membunuh dia, tapi paling tidak itu berhasil bikin Adelia ketakutan. Adelia langsung menurut dan segera kuikat tubuhnya, menutup mulutnya dengan plester, dan mengikat pergelangan tangannya di belakang.

Selimut yang menutupi tubuh Adelia sekarang sudah ada di lantai, dan aku bisa melihat jelas gadis yang lagi tengkurap di depanku. Tubuh Adelia langsing dan mungil, dan baju tidur yang dipakainya terangkat ke tas membuatku bisa melihat kakinya yang putih dan mulus. Ereksiku sudah maksimal dan aku sudah tidak tahan sakitnya, celanaku menyembul didorong oleh penisku yang besar, dan bersentuhan dengan pantat Adelia yang mungil. Aku menindih Adelia dan bergoyang-goyang membuat penisku bergesekan dengan pantat Adelia dan dengan tanganku yang bebas kuraba bagian dada Adelia yang masih ditutup oleh dasternya. Buah dada Adelia masih kecil, yang membuatku makin birahi. Mulutku bersentuhan dengan telinga Adelia.

“Lo benar-benar sempurna. Tetap diam dan aku akan pergi sebentar segera.”

Mata Adelia terpejam seakan-akan telah tertidur kembali. Aku lepaskan celana trainingku dan celana dalamku sampai ke kakiku tapi belum aku melepaskannya dari badanku, sambil menatap bagian belakang tubuh Adelia yang indah. Kakinya yang telanjang membuat nafasku berat, dan dasternya tidak bisa lagi menutupi pantatnya yang ditutupi celana dalam putih. Dan tangannya yang terikat erat benar-benar membuat Adelia sempurna buatku. Aku buka kaki Adelia tanpa perlawanan yang berarti, dan membenamkan wajahku, yang membuat Adelia mengeluarkan erangan untuk pertama kalinya. Aku benamkan wajahku ke selangkangan Adelia, menikmati wangi tubuh Adelia, yang terus mengerang ketakutan. Selanjutnya aku raba-raba vaginanya yang tertutup celana dalam dari belakang, meraba, dan akhirnya menusuk-nusuk dengan jariku. Ini membuat erangan Adelia makin keras sehingga aku harus mengancamnya lagi dengan belatiku. Kemudian kulihat dia gemetar dan kelihatannya mulai menangis. Celana dalamnya lembab, dan aku jadi berpikir mungkin Adelia mulai terangsang oleh jariku.

“Lo suka Adelia? Hei, lao suka tidak?” Adelia hanya menangis. Aku terus meraba vaginanya, sampai aku tidak tahan lagi, dan langsung kutarik celana dalam Adelia sampai lepas.

Adelia terus menangis. Aku angkat dasternya ke atas lagi. Di depan Adelia agak rata, buah dadanya hanya sekepal dengan puting susu yang mengeras. Aku pikir itu karena udara dingin, tapi mungkin juga bagian dari tubuh Adelia yang emang terangsang.

“Bukan gitu sayang, lo musti buka lebih lebar lagi..”

Aku tekan penisku di belahan vaginanya yang masih mungil. Terasa basah. Kutarik lagi penisku dan kumasukkan jariku, dan merasakan jepitan vagina Adelia yang hangat yang membuat penisku ingin merasakannya juga. Aku gerakkan penisku maju mundur beberapa kali dan mengarahkan penisku lagi, tegang seperti tongkat kayu.

“Buka lagi manis. Lo benar-benar cantik. Aku cuma mau perkosa kamu terus pergi.”

AGEN BANDAR66 ONLINE

Aku harus mendorong, bergoyang, berputar, dan akhirnya mengangkat kedua kaki Adelia ke atas sebelum aku berhasil mendorong kepala penisku masuk ke vagina Adelia. Aku lihat lagi buah dada Adelia dengan putingnya yang mencuat ke atas, mata yang memohon dan meratap dengan air mata dan aku dorong penisku masuk ke vagina mungil milik gadis berumur lima belas tahun itu dengan seluruh tenagaku. Dhea menjerit, diredam oleh plester, membuatku makin semangat. Vaginanya sempit sekali seperti menggenggam penisku. Dia ternyata tidak basah sama sekali. Aku perkosa dia dengan kasar, seakan-akan aku ingin membuatnya mati dengan penisku, berusaha membuat Dhea menjerit serta aku menghentak masuk. Adelia semakin histeris sekarang.

Keadaanku sudah 100 persen dikuasai birahi, dan sekarang aku memusatkan perhatian untuk menyakiti Adelia, dan aku tidak punya lagi rasa kasihan buat Adelia. Aku terus menghentak-hentak di atas tubuh Adelia, dengan kecepatan yang brutal, dan tubuhnya yang mungil terbanting-banting karena gerakanku. Aku merasa aku seperti merobek vagina Adelia dengan penisku, dan membuatku makin terangsang, mendorongku bergerak makin brutal. Di sela-sela gerakanku, aku jatuhkan belatiku dan kulepaskan celanaku yang membuat tanganku bebas menggunakan tubuh Adelia. Aku kesetanan merasakan tubuh Dhea, aku meremas setiap bagian tubuh Adelia, meremas buah dadanya, menjepit puting susunya, dan menggunakan bahunya yang kecil buat menopang tubuhku.

Aku hampir tidak ingat apa aja yang aku kerjakan sama Adelia. Adelia beberapa kali meronta pada awalnya, berusaha membebaskan tangannya, berusaha berguling, berusaha mengeluarkan penisku dari vaginanya. Wajah Adelia memancarkan rasa panik dan takut, dan aku terus memperkosanya sekuat tenagaku, seakan-akan itu masalah hidup dan matiku. Seaat sebelum aku mengalami orgasme aku menarik penisku keluar dan Adelia langsung berusaha untuk berguling. Aku jambak rambutnya dan menariknya.

“Brengsek, tidur ke lantai.”

Aku tarik kepalanya sampai menempel ke lantai. Sementara dia jatuh berlutut, tapi Adelia sama sekali tidak bisa mengangkat wajahnya dengan tangan masih terikat ke belakang. Kepala Dhea terbenam ke lantai. Adelia masih menangis dan gemetar. Aku masukkan lagi penisku ke vagina Dhea tanpa kesulitan, karena penisku sudah seluruhnya dilumuri darah perawan Dhea. Aku masukkan dari belakang sebelum Adelia sempat meronta, aku pegangin pinggulnya sementara aku terus mendorong sekuat tenaga. Dengan pantat masih nungging ke atas aku tekan punggung Adelia dengan tanganku sehingga kepala dan dada Adelia makin terhimpit ke lantai, dan aku terus memperkosa dia dengan gaya seperti anjing. Dan Adelia sendiri sekarang mendengking-dengking seperti anak anjing yang ketakutan. Sekarang kutarik lagi rambutnya, membuat kepala Adelia terangkat.

Adelia benar-benar cantik dan tak berdaya, tangannya terikat di punggung. Aku terus menyetubuhinya dengan keras dan tidak berirama, kadang brutal berhenti sedetik dan mulai lagi dengan keras, dan bergatin menekan punggungnya ke lantai lalu menarik rambutnya hingga ia mendongak lagi, sampai aku merasakan tanda-tanda ejkulasi lagi. Aku ingin sekali melepas plesternya dan memasukan penisku ke mulutnya yang mungil, tapi untung saja aku masih sadar kalau itu bisa bikin aku ketahuan, jadi aku tetap metahan penisku di liang kenikmatan Adelia sedalam-dalamnya dan melepaskan ejakulasiku. Aku pegangin belahan pantat Adelia dekat dengan selangkanganku waktu aku menyemburkan spermaku ke rahim Adelia yang menerimanya dengan tatapan mata panik.

“Oh Dhea, sayangku, oh, oh..”

BANDAR SAKONG

Penisku bekerja keras memompa, berdenyut, menyemburkan sperma ke tubuh Adelia, dan aku belum pernah mengeluarkan sperma sebanyak ini selama hidupku. Adelia tetap diam tidak bergerak, terengah-engah. Nafasku juga terputus-putus, dan bergidik sedikit ketika aku mengejang lagi dan menyemprotkan sisa spermaku ke rahim Adelia. Aku menghentak dia beberapa kali lagi, sekarang dengan penuh perasaan seperti sepasang kekasih. Adelia sadar bahwa aku sudah selesai, dan menerima gerakanku yang terakhir ini masih tak bergerak, dengan kepala terbenam ke dalam karpet kamarnya yang tebal.

Aku tarik penisku keluar. Dan aku langsung merasa cemas lagi. Aku langsung mengenakan pakaianku, dan secara ajaib masih ingat untuk mengambil belatiku dan memikirkan sesuatu untuk aku ucapkan pada Adelia.

“.. Makasih sayang”, aku berbisik lirih, dan langsung melarikan diri.

Dan biarpun aku sempat cemas ketika aku sudah dalam perjalanan ke luar kota, beberapa saat kemudian aku kembali dipenuhi hasrat baru. Aku berpikir untuk kembali dan menculik Adelia serta mengajak beberapa orang temanku untuk mencicipinya. 



Post a Comment

0 Comments